Hidup Sehat: Kenali Ciri Sayur Organik, Jangan Tertipu Label 'Organik'!
Perlahan tapi pasti gaya hidup sehat dijalankan oleh masyarakat. Semakin banyaknya informasi bertebaran tentang hidup sehat ditambah tingkat tekanan stres yang tinggi membuat masyarakat perlahan mulai mengadaptasi hidup sehat ke dalam gaya hidup mereka, termasuk salah satunya dengan mengonsumsi makanan organik.
Kalau kamu termasuk pengamat gaya hidup, pasti kamu setuju jika dikatakan bahwa hidup sehat saat ini sedang menjadi tren. Coba lihat aktivitas di Gelora Bung Karno setiap malam. Bukan hanya pada akhir pekan, malam hari saat hari kerja pun tempat ini diramaikan oleh orang-orang yang berolahraga usai pulang kerja untuk sekadar jogging. Tak hanya itu, makanan organik pun kini mulai menjadi buruan.
Sayuran yang ditanam secara organik dan tidak, ternyata bisa dibedakan secara kasat mata. Tak perlu ilmu khusus untuk bisa mengenali perbedaan kedua sayuran ini. “Sudah pasti ada perbedaan antara sayuran organik dan non-organik. Misalnya saja wortel, wortel organik biasanya ukurannya lebih kecil dan warna oranye pun terlihat lebih agak pucat. Kenapa? Karena sayuran yang ditanam secara organik dibiarkan tumbuh secara alami tanpa dipaksa dengan tambahan bahan-bahan kimia. Bukan hanya wortel, sayuran organik lainnya pun memang umumnya lebih kecil dan memiliki warna tidak secerah sayuran yang dirawat dengan tambahan bahan kimia,” ujar Nectaria Ayu pemilik Rumah Sehat Intiyana.
Sayuran tidak bisa dienyahkan begitu saja dari hidup kita, terlebih jika kamu penganut gaya hidup sehat. Untuk sebagian orang, ada yang hobi menyimpan stok sayuran di dalam kulkas untuk beberapa hari ke depan bahkan hingga satu minggu. Nah, jika kamu mulai ingin berpindah hati mengonsumsi sayuran organik, sepertinya kamu harus mengubah kebiasaan menyimpan stok sayuran dalam waktu lama. Kenapa? Karena sayuran organik mudah layu. Bahkan, paling lama sayuran ini hanya bisa bertahan 3 hari. “Ya, sayuran organik memang lebih ringkih dan manja dibandingkan dengan sayuran yang biasa kita temui di pasar dan supermarket. Daya tahan sayuran organik memang lebih rendah karena sayuran ini tidak menggunakan bahan kimia yang membuat daya tahan mereka lebih kuat,” Nectar menjelaskan. Bahkan, sangking ringkihnya, Nectar menyarankan untuk tidak sembarang menumpuk sayuran di dalam kulkas kalau tidak sayuran akan lebih cepat lagi rusak.
Bicara soal bercocok tanam, rasanya nggak mungkin kita selalu terhindari dari yang namanya hama. Walaupun tanpa bahan kimia, sayur-sayuran organik tersebut tetap bisa bertahan lho di tengah serangan hama. Dan ternyata senjata rahasianya adalah berbagai tumbuhan yang mengeluarkan wewangian. “Untuk mengusir hama, biasanya kami menggunakan tumbuh-tumbuhan yang mengeluarkan bau wangi. Kemangi dan rosemary adalah dua tanaman yang biasanya kami gunakan untuk menjaga tanaman dari serangan hama. Dengan ditanamnya tumbuh-tumbuhan yang mengeluarkan wangi tersebut, otomatis hama yang awalnya menempel di sayuran akan pindah ke tanaman yang lebih wangi. Kedua tanaman itu tidak kalah efektifnya untuk mengusir hama dibandingkan dengan pestisida lho,” Nectar, yang memulai usaha rumah organik ini kembali menjelaskan.
Nectar yang baru 1 tahun membuka usaha rumah sehatnya mengaku bahwa konsumen yang datang kepadanya lebih banyak ibu-ibu yang membeli bahan organik dari tempatnya untuk anak-anak mereka. “Rata-rata pelanggan di tempat saya memang lebih banyak ekspatriat, belum banyak orang Indonesia yang datang ke sini. Biasanya yang datang adalah ibu-ibu karena mereka ingin menyediakan anak-anak mereka makanan terbaik. Padahal, bukan hanya untuk anak, tapi kita semua memerlukan asupan makanan sehat,” Nectar bercerita. Ya, pestisida yang digunakan untuk bercocok tanam sangat buruk untuk kesehatan kita. Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Environmental Health Perspectives pada tahun 2011 mengatakan bahwa anak yang terpapar pestisida sejak dari dalam kandungan akan memiliki IQ yang lebih rendah dibandingkan dengan anak-anak yang tidak terpapar dengan pestisida dan bahan-bahan sejenisnya. Walaupun untuk urusan tingkat nutrisi belum ada penelitian yang bisa memastikan apakah produk organik memiliki lebih banyak nutrisi dibandingkan dengan sayuran konvensional, tapi setidaknya mengurangi asupan bahan kimia ke dalam tubuh merupakan salah satu investasi terbesar untuk masa depan. Setuju?
Pertama dipublikasikan di Fimela.com. Diterjemahkan dan diedit oleh Gold's Gym Indonesia.
Gold's Gym Mall Ciputra | Gold's Gym Mall of Indonesia | Gold's Gym Thamrin City | Gold's Gym Cilandak Town Square | Gold's Gym Baywalk Mall Pluit | Gold's Gym Kalibata City Mall | Gold's Gym Braga Citywalk | Gold's Gym Cihampelas Walk | Gold's Gym Summarecon Mall Serpong | Gold's Gym Mall @ Alam Sutera | Gold's Gym Bintaro X-change | Gold's Gym The Breeze BSD | Gold's Gym Grand City Surabaya | Gold's Gym Surabaya Town Square | Gold's Gym Grand Metropolitan Bekasi